Kamis, 13 Agustus 2015

Tari Daerah Bali

Siapa yang tidak kenal Bali atau sering disebut pulau wisata Bali? Daerah ini memilki berbagai nilai keindaha atau wisata, hamper seluruh wilayah di Bali memilki tempat sebagai objek wisata bali, banya orang menyebutnya sebagai surganya para pelancong. Keindahan alam yang ada di pulau bali tidak terlepas pada para penduduknya yang memiliki kesadaran dan kreativitas tinggi untuk menjadikan potensi alam yang dimilikinya menjadi sebuah tempat yang memanjakan para wisataan, hal ini terbukti, tidak hanya keindahan alamnya yang terkenal di Bali, namun banyak hasil kreasi masyarakat Bali yang menjadi daya tarik atau perhatian dari berbagai wisatawan dari seluruh penjuru dunia, salah satu hasil kreasi masyarakat bali dalam bentuk seni yaitu tarian tradisional, tarian tradisional bali ini memiliki khas yang berbeda dengan tari tradisional wilayah lainnya di Indonesia. Berikut tari tradisional Bali yang populer :

1. Tari Baris Tunggal


         Tari Baris merupakan salah satu tarian sakral yang digunakan oleh umat Hindu di Bali sebagai pelengkap di suatu upacara keagamaan agama Hindu di Bali. Sifat sakral dalam tari Baris ialah, bahwa tari ini merupakan sebuah tarian untuk membuktikan kedewasaan seseorang dalam segi jasmani. Kedewasaan seseorang pria dibuktikan dengan mempertunjukkan kemahiran dalam olah keprajuritan yang biasanya disertai dengan kemahiran dalam memainkan senjata perang. Maka dari itu, tari Baris selain merupakan tarian sakral juga merupakan tari kepahlawanan. Adapun ciri khas dari tari Baris ialah, pertama tari ini lebih menonjolkan ketegapan dan kemantapan dalam langkah – langkah kaki serta kemahiran memainkan senjata perang. Kedua, pakaiannya juga mempunyai corak yang khas, yaitu penutup kepalanya bebebtuk kerucut, dan penutup badannya terdiri dari baju panjang serta hiasan kain – kain kecil panjang yaitu awir dan lelamakan.
        Tari Baris terbagi menjadi 2 bagian, salah satunya adalah tari Baris Tunggal. Tari baris tunggal merupakan tarian sakral yang digunakan pada saat Upacara Pitra Yadnya yaitu Karya mamukur, dimana disini tari baris tunggal berfungsi sebagai sarana penghatur punia atau persembahan bagi para leluhur yang dihantarkan dengan mantra-mantra suci Sulinggih dan alunan gamelan pengiring tari baris tunggal itu sendiri. Tari baris tunggal merupakan tarian lepas yang dibawakan oleh seorang laki-laki, dimana menggambarkan seorang prajurit gagah perkasa yang memiliki kematangan jiwa dan kepercayaan dimana itu diperlihatkan dengan gerakan tari yang dinamis dan lugas. Berbeda dengan tari Baris Tunggal sakral, tari Baris Tunggal Profan juga biasanya ditampilkan sebagai tari lepas dalam beragam pagelaran seni pertunjukan balih-balihan



2. Tari Barong
 
Tari Barong adalah tarian khas Bali yang berasal dari khazanah kebudayaan Pra-Hindu. Tarian ini menggambarkan pertarungan antara kebajikan (dharma) dan kebatilan (adharma). Wujud kebajikan dilakonkan oleh Barong, yaitu penari dengan kostum binatang berkaki empat, sementara wujud kebatilan dimainkan oleh Rangda, yaitu sosok yang menyeramkan dengan dua taring runcing di mulutnya.
      Ada beberapa jenis Tari Barong yang biasa ditampilkan di Pulau Bali, di antaranya Barong Ket, Barong Bangkal (babi), Barong Gajah, Barong Asu (anjing), Barong Brutuk, serta Barong-barongan. Namun, di antara jenis-jenis Barong tersebut yang paling sering menjadi suguhan wisata adalah Barong Ket, atau Barong Keket yang memiliki kostum dan tarian cukup lengkap.
    Kostum Barong Ket umumnya menggambarkan perpaduan antara singa, harimau, dan lembu. Di badannya dihiasi dengan ornamen dari kulit, potongan-potongan kaca cermin, dan juga dilengkapi bulu-bulu dari serat daun pandan. Barong ini dimainkan oleh dua penari (juru saluk/juru bapang): satu penari mengambil posisi di depan memainkan gerak kepala dan kaki depan Barong, sementara penari kedua berada di belakang memainkan kaki belakang dan ekor Barong. Secara sekilas, Barong Ket tidak jauh berbeda dengan Barongsai yang biasa dipertunjukkan oleh masyarakat Cina. Hanya saja, cerita yang dimainkan dalam pertunjukan ini berbeda, yaitu cerita pertarungan antara Barong dan Rangda yang dilengkapi dengan tokoh-tokoh lainnya, seperti Kera (sahabat Barong), Dewi Kunti, Sadewa (anak Dewi Kunti), serta para pengikut Rangda.
     Tari Barong memiliki keistimewaan yang terletak pada unsur-unsur komedi dan unsur-unsur mitologis yang membentuk seni pertunjukan. Unsur-unsur komedi biasanya diselipkan di tengah-tengah pertunjukan untuk memancing tawa penonton. Pada babak pembukaan, misalnya, tokoh kera yang mendampingi Barong membuat gerakan-gerakan lucu atau menggigit telinga lawan mainnya untuk mengundang tawa penonton. Sementara itu, unsur mitologis terletak pada sumber cerita yang berasal dari tradisi pra-Hindu yang meyakini Barong sebagai hewan mitologis yang menjadi pelindung kebaikan. Unsur mitologis juga nampak dalam pembuatan kostum Barong yang bahan dasarnya diperoleh dari kayu di tempat-tempat yang dianggap angker, misalnya kuburan. Unsur mitologis inilah yang membuat Barong disakralkan oleh masyarakat Bali. Selain itu, Tari Barong juga seringkali diselingi dengan Tari Keris (Keris Dance), di mana para penarinya menusukkan keris ke tubuh masing-masing layaknya pertunjukan debus.
     Tari Barong dapat disaksikan di beberapa tempat di Kabupaten Gianyar, Bali, di antaranya di Pura Dalem Ubud yang biasanya mulai dipentaskan pada jam 19.30 WITA, serta di beberapa sanggar seni di Desa Batubulan yang dipentaskan pada jam 09.30 WITA. Untuk menonton seni pertunjukan ini, wisatawan dapat menuju Desa Batubulan melalui Kota Denpasar, Ibu Kota Provinsi Bali. Dari Kota Denpasar, Batubulan berjarak sekitar 10 km atau membutuhkan waktu sekitar 15 menit menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum (taksi/mobil carteran). Sementara, jika wisatawan memulai perjalanan dari Pantai Kuta atau kawasan Nusa Dua, dibutuhkan waktu + 45 menit.
     Untuk menyaksikan pertunjukan Tari Barong, wisatawan domestik maupun mancanegara dikenakan biaya sebesar Rp 50.000 per orang. Dengan membayar tiket sejumlah itu, wisatawan juga akan memperoleh panduan cerita pementasan dalam bentuk cetak dengan berbagai pilihan bahasa, antara lain bahasa Indonesia, Inggris, Perancis, Italia, Jepang, dan Mandarin. Selain menggunakan kendaraan pribadi, wisatawan juga dapat menyewa jasa travel untuk menonton tarian ini. Penyedia jasa travel umumnya telah memiliki jadwal tetap pertunjukan Tari Barong di Desa Batubulan. Namun, apabila ingin lebih leluasa dengan agenda wisata yang diinginkan, wisatawan dapat menyewa mobil carteran dengan biaya sewa yang dihitung per hari. Kecuali menyaksikan pertunjukan tari, salah satu agenda wisata yang bisa dilakukan di desa ini adalah berbelanja aneka cenderamata yang dijual oleh toko-toko suvenir maupun galeri seni yang ada di sepanjang jalan di Desa Batubulan. Benda-benda seni seperti patung maupun ukiran merupakan cenderamata khas dari desa ini. Apabila memerlukan akomodasi dan fasilitas seperti penginapan (losmen, hotel melati, maupun hotel berbintang), warung makan, serta tempat hiburan malam, maka wisatawan dapat menemukannya di kota terdekat, yaitu Kota Denpasar.


3. Tari Belibis 


Tari ini diilhami oleh cerita Angling Dharma yang merupakan seorang Raja. Pernah nonton Angling Dharma tidak dulu waktu masih disiarkan di salah satu tv swasta? Sudah lupa ya? Hehe. Jadi, karena suatu hal ia harus meninggalkan kerajaannya dan merantau dari satu daerah ke daerah lain. Dalam pengembaraannya, Angling Dharma bertemu dengan seorang putri raksasa pemakan manusia. Raksasa merasa khawatir rahasianya diketahui oleh Angling Dharma, dikutuklah Angling Dharma menjadi seekor burung Belibis yang hidup di air. Tarian ditarikan oleh perempuan secara berkelompok (biasanya).


4. Tari Cendrawasih

Tari ini mungkin bisa dibilang satu tipe dengan tari Manukrawa, tapi bedanya ini ditarikan oleh perempuan yang sudah remaja atau dewasa. Tarian ini menggambarkan sekelompok burung Cendrawasih yang bertebrangan menikmati alam bebas, riang gembira, bercanda, sambil memadu kasih. Tarian ini ditampilkan secara berkelompok atau paling tidak dua orang. Indah banget kalau lihat tarian ini. :)
     Kisah yang digambarkan di dalam tarian ini adalah menggambarkan kelembutan serta kemesraan dari sepasang burung cendrawasih di pegunungan Irian Jaya pada masa birahi saat menghiasi alam sekelilingnya dengan tarian cinta mereka yang tersusun atas warna-warni pelangi terpendar dalam rangkuman gerak mereka yang indah bagaikan penggalan puisi para pujangga. Tari duet yang ditarikan oleh penari putri, kendatipun dasar pijakannya adalah gerak tari tradisi Bali, beberapa pose dan gerakannya dari tarian ini telah dikembangkan sesuai dengan interpretasi penata dalam menemukan bentuk - bentuk baru sesuai dengan tema tarian ini. Busana ditata sedemikian rupa agar dapat memperkuat dan memperjelas desain gerak yang diciptakan.
      Tarian ini diciptakan oleh N.L.N. Swasthi Wijaya Bandem (yang juga sebagai penata busana dari pada tarian ini) dalam rangka mengikuti Festival Yayasan Walter Spies. penata tabuh pengiring adalah I Wayan Beratha dan I Nyoman Widha pada tahun 1988.


5. Tari Ciwa Nataraja 


Ciwa Nataraja adalah manifestasi Siwa sebagai penari tertinggi alias Dewanya penari. Gerakan Siwa merupakan pancaran tenaga prima yang kemudian menyatu sehingga terciptalah alam semesta ini. Begitu menerut kepercayaan orang Bali.




6. Tari Condong 


Tarian ini bisa dibilang tarian yang cukup sulit dan durasinya juga cukup lama. Sekitar 11 menit, atau lebih ya.. saya agak lupa persisnya. Tarian ini adalah tarian klasik Bali yang memiliki perbendaharaan gerak yang sangat kompleks yang menggambarkan seorang abdi Raja. Tari Condong adalah sebagai pelestarian budaya Bali dalam upaya mengajegkan Bali. Awalnya tarian ini menampilkan dua penari yang menyimbolkan dua bidadari dari sorga yaitu bidadari Supraba dan Wilotama. Namun, dalam perkembangannya sekitar tahun 1930-an, muncul ide seniman untuk melengkapinya tarian ini. Tarian ini menjadi lebih hidup dengan mengisahkan suasana kerajaan yakni menampilkan tingkah polah sang raja dan sang abdi. Walaupun tarian ini merupakan tarian dasar yang harus dikuasai oleh penari, hingga saat ini tak ada yang tahu siapa pencipta tarian klasik ini.


7. Tari Gabor 



Tari ini merupakan tarian wanita yang mirip dengan tari Pendet. Bahkan sebenarnya tari ini hanya merupakan variasi lain dari tari Pendet, namun pembendaharaan geraknya lebih banyak, diambil dari gerak-gerak tari upacara seperti Rejang. Tari Gabor biasanya ditarikan oleh dua orang penari wanita atau lebih. Tari ini diciptakan oleh I Gusti Raka (dari Saba) seorang dosen ASTI Denpasar pada tahun 1969. Tarian yang sejenis kemudian diubah oleh I Wayan Beratha guru SMKI Denpasar pada tahun 1970. Pada tahun 1972 I Wayan Beratha menciptakan tarian yang sejenis yang dinamakan tari Panyembrama




8. Tari Gopala 


Kata Gopala ini berasal dari bahasa Kawi, yang artinya penggembala. Tari ini menggambarkan tingkah laku sekelompok penggembala Sapi di suatu ladang penggembalaan. Ditarikan oleh laki-laki juga (biasanya yang saya tahu laki-laki ya).
      Tari Gopala merupakan tarian yang bertemakan kerakyatan yang ditarikan sekelompok anak-anak atau remaja Putra, dimana tarian ini digarap oleh I Nyoman Suarsa sebagai penata tari dan I Ketut Gede Asnawa,MA sebagai penata tabuh, diambil dari penggalan cerita pragmentari : “STRI ASADHU” Karya Ibu Ketut Arini,S.St. Tarian ini diciptakan pada tahun 1983. Gopala adalah sebuah istilah dalam bahasa Kawi yang berarti penggembala sapi. Tarian ini merupakan tari kelompok, dan biasanya ditarikan oleh 4 sampai 8 orang penari putra. Dalam tarian Gopala ini menceritakan aktivitas yang dilakukan oleh para pengembala di ladang pertanian/sawah. Semua aktivitas tadi dituangkan kedalam bentuk garapan tari misalnya: gerakan binatang sapi, memotong rumput, menghalau burung, membajak sawah, menuai padi dan gerak lain-lainnya yang berhubungan dengan aktivitas petani. Gerak tersebut di atas di olah menjadi pola garap yang berbau baru dengan nuansa estetika kekinian. Gerakan tari ini menjadi hidup apabila dilakukan dengan sungguh-sungguh dan semangat.


9. Tari Jauk 


Tari Jauk apabila ditinjau dari segi teknik gerak tarinya mirip sekali dengan tari Baris. Tetapi dalam tari Jauk ini penarinya menggunakan topeng Jauk dan gerakan tarinya bersifat improvisasi. Topeng Jauk selalu berwarna menyala atau putih serta dengan mata melotot yang penuh pandangan yang tajam sekali. Selain itu penari Jauk mengenakan sarung tangan yang berkuku panjang. Apabila tari Jauk dipertunjukkan dalam bentuk drama tari, yang cocok sekali ditarikan dengan tari Jauk ialah peranan Rahwana dan Bima. Usia tari Jauk kemungkinan besar sama dengan drama tari topeng yang lahir pada abad ke-XVII.


10. Tari Kecak 



Kecak (pelafalan: /'ke.tʃak/, secara kasar "KEH-chahk", pengejaan alternatif: Ketjak, Ketjack, dan Ketiak), adalah pertunjukan seni khas Bali yang diciptakan pada tahun 1930-an dan dimainkan terutama oleh laki-laki. Tarian ini dipertunjukkan oleh banyak (puluhan atau lebih) penari laki-laki yang duduk berbaris melingkar dan dengan irama tertentu menyerukan "cak" dan mengangkat kedua lengan, menggambarkan kisah Ramayana saat barisan kera membantu Rama melawan Rahwana. Namun demikian, Kecak berasal dari ritual sanghyang, yaitu tradisi tarian yang penarinya akan berada pada kondisi tidak sadar, melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur dan kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat.
      Para penari yang duduk melingkar tersebut mengenakan kain kotak-kotak seperti papan catur melingkari pinggang mereka. Selain para penari itu, ada pula para penari lain yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana seperti Rama, Shinta, Rahwana, Hanoman, dan Sugriwa. Lagu tari Kecak diambil dari ritual tarian sanghyang. Selain itu, tidak digunakan alat musik. Hanya digunakan kincringan yang dikenakan pada kaki penari yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana. Sekitar tahun 1930-an Wayan Limbak bekerja sama dengan pelukis Jerman Walter Spies menciptakan tari Kecak berdasarkan tradisi Sanghyang dan bagian-bagian kisah Ramayana. Wayan Limbak memopulerkan tari ini saat berkeliling dunia bersama rombongan penari Bali-nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar