Kamis, 13 Agustus 2015

Tari Daerah Jambi

1. TARI  INAI

Tari Inai, adalah sebuah tarian sakral yang dilakukan pada saat pelaksanaan upacara adat pengantin etnis melayu timur yang berada di tanjung Jabung Timur yang disebut Malam Tari Inai.

Tari Inai ditarikan oleh 5 atau 7 pasang penari yang tampil secara bergiliran dengan menggunakan property kembang lilin. 5 atau 7 pasang penari tersebut masing-masing menggambarkan tokoh-tokoh nenek moyang masyarakat Melayu Timur yang terdapat di Tanjung Jabung Timur, yaitu Hang Tuah, Hang Jebat, Hang Lekir atau Lekiu, Hang Kasturi, Dewa Safri, Dandan Setia dan Sidang Budiman sebagai tokoh yang diwakili oleh penari pria. Sedangkan penari wanita mewakili tokoh Putri Siti Zubaidah, Putri Suri Maknikam, Putri Intan Baiduri, Putri Intan Terpilih, Putri Intan Gemale, Putri Intan Teserlah dan Putri Begubang.

Gerakan tari inai umumnya menggunakan gerakan-gerakan silat dengan iringan musik Kelintang Perunggu, Gendang dan Gong.
(Ditulis Oleh Herman)



2. TARI TAUH (RANTAU PANDAN)



TAUH, adalah suatu tari yang menggambarkan tentang pergaulan/hubungan muda mudi (Bujang Gadis) pada zaman dahulu sampai sekarang yang diwariskan secara turun temurun. Sampai sekarang masyarakat tidak mengetahui secara pasti pencipta Tari Tauh yang telah mengakar ditengah-tengah masyarakat Rantau Pandan tempat dimana penelitian ini dilakukan. Pada saat sekarang, Tari Tauh sangat populer di Kabupaten Bungo sebagai tari tradisional vang. sangat disukai oleh masyarakat. Tari Tauh biasanya ditarikan ketika menyambut Rajo, Berelek Gedang, dan ketika Beselang Gedang (gotong royong menuai padi).

Jumlah penari Tauh adalah 8 orang (4 wanita dan 4 laki-laki) dan termasuk jenis tari tradisi kerakyatan dengan lama pementasan tergantung kondisi sesuai panjang pantun dan kesanggupan penari dan tidak jarang dari senja hari sampai pagi hari. Adapun musik pengiring ialah Kelintang Kayu, Gong, Gendang dan Biola, kostum yang dipakai adalah pakaian Melayu. Pada saat sekarang Tari Tauh sering ditampilkan pada acara resmi yang diadakan Pemerintah kecamatan/kabupaten dan juga pada acara pernikahan. Sedangkan lagu yang mengiringi Tari Tauh adalah Krinok dan pantun-pantun anak Muda.

Fungsi Tari Tauh adalah untuk pergaulan antara muda mudi, dan hiburan bagi masyarakat umum.


3. TARI NITI MAHLIGAI 


Niti Naik Mahligai  adalah sebuah upacara yang dulu dilakukan untuk memilih pemimpin di kerajaan yang terdapat di Bukit Kaco, batas antara Kerinci dan Bungo.
Menurut penuturan Epa Bramanti Putra sebagai keturunan langsung Ratu Kerajaan Bukit Kaco, seseorang akan diangkat sebagai apabila sang calon telah melewati beberapa tahap seleksi yang  terdiri ;
-          meniti pecahan kaca
-          meniti berbagai macam duri tumbuhan
-          meniti bara api
-          meniti bambu runcing
-          meniti/masuk ke dalam api besar
-          meniti tanggu berayun
-          duduk di daun nyiru/awing-awang
Prosesi inilah yang diadaptasi menjadi sebuah seni pertunjukan. Tidak heran apabila pertunjukan tari Niti Mahligai sarat dengan nuansa magis.

Alat musik yang digunakan adalah Gendang Dap diiringi dengan lantunan ‘Nyahu’ (vocal) sang pawang, sedangkan penari bergerak mengikuti irama musik dengan gerakan tari Aseik


4. TARI LIANG ASAK


 







LIANG ASAK, adalah sebuah tari tradisional yang berasal dari Sarolangun Kabupaten Sarolangun. Tema tari ini diangkat dari kebiasaan masyarakat setempat pada saat menugal, menanam padi di sawah yang dilakukan oleh bujang gadis. Kebiasaan ini dilakukan secara turun termurun dari nenek moyangnya.

Menurut masyarakat setempat, yang dimaksud dengan liang asak adalah lobang-lobang kecil akibat ditugal sebagai tempat penaburan benih. Karena tari ini menggambarkan proses menugal dan menanam padi, maka judulnya diangkat dari salah satu hasil proses menugal. Tari liang asak ini ditata dan dikembangkan oleh Elmawati dan Ali Tayib.
Dipentaskan dalam bentuk berpasangan yaitu putra dan putri. Jumlah penari yang menarikan berkisar antara tiga sampai dengan lima pasang penari.

Gerak tari yang digunakan adalah langkah tak jadi, stap, zig-zag, tudung awan dan nyilau, Gerak-gerak tersebut menggambarkan bagaimana proses menugal dan menanam padi sambil bersendagurau bersama pasangannya. Sang putra menugal sedangkan putri menabur benih.
Kostum yang digunakan penari putri adalah baju kurung, kain sarung dan topi penutup kepala. Sedangkan penari putra menggunakan busana baju teluk bLango dan topi.

Alat musik yang digunakan dalam mengiringi tari liang asak adalah gendang, biola, accordion dan gong, di samping itu juga diiringi vokal. Waktu pelaksanaan pementasan bebas kapan saja mau dilaksanakan, begitu juga tempat pertuniukkannya. Lama pementasan tari sekitar 5 menit.


5. TARI ELANG MENGIPEH



Tari Elang Mengipeh, adalah sebuah karya tari baru hasil dari kegiatan pengolahan yang diangkat dari tari tradisi Klik Elang. Beberapa gerak Tari Klik Elang yang dianggap spesifik tetap  dipertahankan. Pengembangan gerak yang dilakukan tetap mengacu pada gerak tari daerah Jambi sebagai dasar pengolahan, sehingga pada akhirnya terbentuk sebuah karya tari baru dengan tidak menghilangkan nilai kedaerahan dan mana tari itu berasal.

Garapan Tari Elang Mengipeh ini adalah sebuah tari bertema yang berbentuk tari kelompok dan dalam penampilannya didukung oleh 3 orang penari putri. Dalam tari Elang Mengipeh ini menggunakan property selendang dan kipas, selendang melambangkan kepak atau sayap dari burung elang sedangkan kipas melambangkan kuku-kuku burung tersebut. Sehingga kesan yang ingin ditampilkan adalah kelembutan di balik keperkasaan burung elang. Sedangkan durasi penampilan adalah 7 menit. Untuk keutuhan garapan Tari Elang Mengipeh menggunakan perpindah - an pola lantai. Hal ini diantisipasi agar tidak terjadi kemonotonan dalam garapan, sekaligus menghadirkan nilai estetis tersendiri. Sedangkan untuk musik pengiring tarinya menggunakan gendang, kelintang perunggu, gong, akordion, biola dan beduk.
Elang Mengipeh ditata oleh Sri Purnama Syam, sedang musik ditata oleh Syamsuri.




6. TARI LENGGANG KIPAS LAYANG

LENGGANG KIPAS LAYANG, adalah sebuah karya tari baru yang berasal dan hasil kegiatan pengolahan tari. Tari ini berawal dari tari tradisi yang berasal dan daerah Tk. II Merangin vaitu tari Kecimpung Ambai. Beberapa gerak tari Kecimpung Ambai yang ada dan mempunyai nilai khas diangkat dan dikembangkan. kemudian gerak-gerak tersebut dikemas sehingga terbentuk suatu gerak baru yang pada akhirnya  menjadi sebuah tari baru.

Tari Lenggang Kipas Layang menceritakan tentang kegembiraan muda-mudi setelah lelah bekerja, mereka bermain, bersendagurau dengan riangnya.

Dalam penampilannya Tari Lenggang Kipas Layang di tarikan oleh 6 orang penari putri dengan menggunakan kipas sebagai propertinya, dimana fungsi kipas itu selain sebagai hiasan Juga berfungsi sebagai perisai diri.

Tari ini ditata oleh Sri Purnama Syam dan musik pengiringnya ditata oleh Heri Suroso. Tari ini telah dipentaskan di Taman Budaya Provinsi Jambi pada tanggal Februari 1998 serta dipentaskan di Taman Budaya Provinsi Bengkulu.

7. TARI SEKAPUR SIRIH

Tari Sekapur Sirih merupakan tarian selamat datang kepada tamu-tamu besar di Provinsi Jambi dan Riau.Keagungan dalam gerak yang lembut dan halus menyatu dengan iringan musik serta syair yang ditujukan bagi para tamu. Menyambut dengan hati yang putih muka yang jernih menunjukkan keramahtamahan bagi tetamu yang dihormati.
Tari ini menggambarkan ungkapan rasa putih hati masyarakat dalam menyambut tamu. Sekapur Sirih biasanya ditarikan oleh 9 orang penari perempuan, dan 3 orang penari laki-laki, 1 orang yang bertugas membawa payung dan 2 orang pengawal. Propetri yang digunakan: cerano/wadah yang berisikan lembaran daun sirih, payung, keris. Pakaian: baju kurung /adat Jambi, iringan musik langgam melayu dengan alat musik yang terdiri dari : biola, gambus, akordion, rebana, gong dan gendang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar